Pengalaman Tes HIV | HIV Stories

Hello..



Saya Efendi stay di Sidoarjo Jawa Timur. Di September 2015, saat itu fikiran saya lagi galau tentang masalah pekerjaan yang mana si Bos ingin saya ditempatkan di luar pulau tepatnya di makassar. Dan disaat yang sama ibu saya barusan meninggal setelah sempat dirawat di Rumah Sakit selama 15 hari dikarenakan stroke yang diderita. 

Dan saat itu pula muncullah bintik-bintik merah diarea tangan, terus lama kelamaan menjalar ke seluruh tubuh. Saya mengira bahwa saya hanya terkena alergi obat saja. Dan tepat malam takbir Idul Adha akhirnya saya harus dirujuk untuk mendapatkan perawatan di Rumah Sakit. Setelah dirawat selama kurang lebih 5 hari bintik-bintik di tubuh saya mulai berkurang dan Dokter melihat bahwa perkembangan saya semakin baik dan saya diperbolehkan pulang. 

Setelah 3 hari berada di rumah saya harus balik lagi untuk di rujuk ke Rumah Sakit karena bintik-bintik merah itu muncul lagi dan itu lebih parah dari yang pertama, setelah dilakukan observasi oleh dokter akhirnya Dokter mengatakan bahwa saya terkena Stephen Johnson dan harus berada di Rumah Sakit selama kurang lebih 6 hari. Dengan kondisi tubuh yang kurang baik akhirnya saya memutuskan untuk keluar dari tempat kerja.

Dengan kondisi kulit yang seperti itu saya mencoba mencari informasi di Internet dan hasil yang keluar kok selalu tentang HIV dan AIDS, dan akhirnya saya membaca semuanya. Tapi masih belum yakin saat itu.

Pas di bulan februari 2016 akhirnya saya memberanikan untuk test VCT dan saat itu saya memilih untuk test di Puskesmas Diponegoro di daerah Surabaya. Sebelum test dilakukan Dokter melakukan konseling untuk mengetahui tujuan saya untuk test vct tsb, dan kemudian Dokter memberikan penjelasan HIV/AIDS secara singkat. Setelah itu saya diarahkan untuk menuju laboratorium untuk diambil sampel darah, setelah menunggu kurang lebih 1 jam akhirnya Dokter memanggil saya untuk membuka kan hasilnya dan memang bener hasil yang didapat saya positif HIV. 

Saat itu saya tidak shock dengan apa yang terjadi dengan diri saya, karena saya tahu masalalu saya seperti apa. Malah dokter yang shock karena melihat saya lebih gentar setelah tahu hasilnya. Kemudian Dokter menyarankan saya untuk melakukan terapi Arv dan saya setuju dengan saran yang diberikan, akhirnya saya dirujuk ke Rumah Sakit Jiwa Menur. Dan besoknya saya diantar ke Poli ARV di Rumah Sakit oleh petugas Puskesmas. Dan saat itu juga saya mendapatkan ARV yang single dos yang biasa disebut FDC setelah melakukan konsultasi dengan Dokter Spesialis Penyakit Dalam. Dan sebelum mulai terapi ARV dokter menyarankan untuk test CD4 dan saat itu CD4 saya sekitar 197.

Arv yang saya dapat itu hanya dikonsumsi 1 hari sekali dan Dokter menyarankan untuk minum di malam hari. Dihari pertama minum ARV seluruh badan saya seperti melayang-layang selama seharian penuh, dan saya hanya bisa terbaring di tempat tidur. Di hari kedua minum ARV efek samping yang saya alami hanya pusing sebentar selama kurang lebih 1 jam.

Di hari ketiga saya mulai mencari peer grup di Internet, dan akhirnya saya mendapatkan kontak Kelompok Dukungan Sebaya (KDS) yang ada di Sidoarjo. Saya mulai menelepon dan memberitahukan kondisi yang saya alami, karena saya masih belom berani terbuka dengan keluarga. Dan pengurus KDS tersebut mengundang saya untuk dapat ikut berpartisipasi dalam pertemuan rutin yang diadakan setiap bulannya dan memasukkan saya di grup WhatsApp khusus ODHA agar bisa mendapatkan support.

Di awal 2017 tepatnya bulan Januari saya mulai drop lagi dengan kondisi sama seperti awal sebelum tahu bahwa saya positif HIV, bintik-bintik merah sekujur tubuh dan mengharuskan saya harus mendapatkan perawatan intensif di Rumah Sakit.

Di bulan Mei 2018 saat itu ada program test Viral Load (test untuk melihat jumlah virus) gratis dan hasil yang saya dapat juga tidak memuaskan, hasilnya masih 1,98 log 5. Di bulan september 2018 di tubuh saya mulai muncul benjolan seperti bisul yang awalnya hanya di paha kaki sebelah kanan. Setelah sembuh yang di paha muncul lagi di tangan kemudian pindah lagi muncul di pipi dan muncul lagi di sekitar betis kaki kiri dan kanan. 

Dan kondisi itu saya alami hampir 4 bulanan. Yang terakhir muncul di dahi yang membuat wajah saya membengkak dan harus rawat inap lagi di Rumah Sakit untuk dilakukan observasi lebih dalam. Setelah dilakukan observasi oleh Dokter dan dilakukan test CD4 yang mana hasil Cd4 saya saat itu turun sampai ke angka 68. 

Ternyata saat itu saya salah konsumsi ARV, bukan salah diARVnya tapi saya konsumsi ARV seenaknya kadang jam 8 jam 9 bahkan pernah minum pas jam 12 malam. Dan Dokter akhirnya mennganti ARV saya dengan jenis lain karna ketidak patuhan saya dalam konsumsi ARV yang seharusnya ARV dikonsumsi tepat waktu dan tepat dosis.

Di 2019 ini kondisi saya mulai stabil dan alhamdulillah di bulan September 2019 kemarin setelah viral load hasilnya sangat memuaskan yakni tidak terdeteksi. Dan mulai bulan Oktober 2019 ini saya mulai melakukan Hobby saya yakni gym yang rutin saya lakukan sampai sekarang. Dan saya juga mulai jalani lari lagi.

Untuk teman-teman yang memang beresiko untuk tertular HIV ayo lakukan test Vct sekarang juga, lebih baik tahu lebih awal status HIV karena akan lebih mudah dalam melakukan terapi pengobatannya.

Dan untuk teman-teman yang memang sudah positif HIV jangan ragu bahwa anda juga bisa sehat seperti saya asal anda terapi ARV tepat dosis dan tepat waktu. Dan jangan lupa untuk mencari peer grup (Kelompok Dukungan Sebaya) sebagai teman berbagi dan teman curhat. 

Pengalaman Tes HIV | HIV Stories Pengalaman Tes HIV | HIV Stories Reviewed by Positive Life on November 19, 2023 Rating: 5

No comments:

Powered by Blogger.